my blog

http://dedysuarjaya.blogspot.com // follow @suarjayadedy

November 18, 2012

Penerimaan Dan Perencanaan Audit


PENERIMAAN PENUGASAN
Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan publik untuk mendapatkan kllien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bias merupakan klien baru maupun klien lama yang diharapkan akan melanjutkan memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya.  Pergantian auditor  bsa terjadi karena berbagai alasan, yaitu :
1.      Klien merupakan hasil merger (penggabungan) anntara beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda,
2.      Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional,
3.      Tidak puas terhadap kantor akuntan publik yang lama,
4.      Ingin mencari auditor dengan honorarium yang lebih murah,
5.      Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.
Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggung jawab professional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Kepentingan klien harus dilayani dengan memperhatikan kompetensi dan profesionalitas. Ini berarti bahwa keputusan untuk menerima penugasan dari klien  baru atau penugasan lanjutan dari klien lama bukanlah sesuatu yang bias dilakukan tanpa pertimbangan yang matang.
Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga betrhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti yang diminta oleh standar auditing serta kode etik akuntan. Di bawah ini adalah langkah-langkah dalam penerimaan penugasan audit, yaitu :
1.      Evaluasi Integritas Manajemen
2.      Mengindentifikasi Keadaan-Keadaan Khusus dan Risiko Tidak Biasa
3.      Menetapkan Kompetensi untuk Melakukan Audit
4.      Evaluasi Independensi
5.      Menentukan Kemampuan untuk Bekerja dengan Cermat dan Seksama
6.      Menyiapkan Surat Penugasan

EVALUASI ATAS INTEGRITAS MANAJEMEN
Tujuan pokok suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan suatu pendapat tentang laporan keuangan klien. Oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa auditor hanya akan menerima penugasan apabila terdapat jaminan yang memadai bahwa manajemen klien bias dipercaya. Bagi klien baru, auditor bisa memperoleh informasi tentang integritas manajemen dengan bertanya pada auditor pendahulu, atau dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga yang dipandang mengenal klien. Untuk klien yang sudah ada dan akan melanjutkan pemberian penugasan audit, perlu dipertimbangkan pengalaman auditor dengan manajemen klien pada audit yang lalu.
Komunikasi dengan Auditor Pendahulu
Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen klien yang dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengganti. Sebelum menerima penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti untuk berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis.
Dalam berkomunikasi, auditor pengganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan wajar mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas pengambilan keputusan menerima atau penolak penugasan, seperti :
·         Integritas manajemen
·         Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai prinsip akuntansi dan prosedur audit.
·         Pemahaman auditor pendahulu mengenai alasan klien melakukan penggantian auditornya.
Mengajukan Pertanyaan pada Pihak Ketiga
Informasi tentang integritas manajemen dapat juga diperoleh dari orang-orang yang mengenal klien, seperti penasehat hukum klien, banker dan pihak-pihak lain dalam lingkungan bisnis dan keuangan yang memiliki hubungan bisnis dengan calon klien.
Mereview Pengalaman Masa Lalu dengan Klien
Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman berhubungan kerja dengan manajemen klien di waktu masa lalu. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan semua kekeliruan dan ketidakberesan material serta tindakan yang melawan hukum yang ditemukan dalam audit yang lalu.
MENGINDENTIFIKASI KEADAAN-KEADAAN KHUSUS DAN RISIKO TIDAK BIASA
Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam tahap ini,antara lain mengidentifikasi pemakai laporan keuangan yang telah diaudit, melakukan penilaian awal tentang klien dari segi hukum dan kestabilan keuangannya, serta mengevaluasi kemungkinan bias atau tidaknya audit dilaksanakan.
Mengidentfikasi Pemakai Laporan Keuangan Auditan                
Tanggung jawab hukum auditor bias berbeda-beda tergantung pada siapa yang diperkirakan akan menjadi pemakai laporan keuangan auditan. Oleh karena itu auditor harus mempertimbangkan apakah klien merupakan perusahaan publik atau perusahaan privat. Auditor harus mempertimbangkan apakah laporan audit yang biasa akan cukup untuk memenuhi kebutuhan semua pemakaian laporan atau apakah perlu dibuat laporan khusus.
Memperkirakan Adanya Persoalan Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien
Apabila perusahaan klien pernah mengalami kesulitan karena adanya gugatan hukum, dan apabila penggugat bisa menemukan alasan bahwa ia dirugikan karena keputusan yang diambilnya didasarkan pada laporan keuangan, maka situasi demikian sangatn mungkin akan melibatkan auditor. Bila hal seperti itu terjadi, maka auditor terancam untuk membayar denda atas putusan pengadilan, dan harus mengeluarkan biaya untuk membela diri, betapapun profesionalnya si auditor dalam menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu, auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi dan menolak calon klien yang memiliki risiko tinggi terkena gugatan hukum.
Mengevaluasi Auditabilitas Perusahaan Klien
Sebelum memutuskan untuk menerima suatu penugasan, auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kondisi-kondisi lain yang menimbulkan pertanyaan mengenai auditabilitas klien. Kondisi–kondisi tersebut antara lain misalnya perusahan tidak memiliki catatan akuntansi atau catatan akutansinya buruk sekali, perusahaan tidak memiliki struktur pengendalian intern yang memadai, atau kemungkinan adanya pembatasan dari klien atas audit yang akan dilakukan. Bila auditor berhadapan dengan situasi demikian, maka sebaiknya ia menolak untuk menerima penugasan, atau klien harus diberi pengertian mengenai kemungkinan adanya pengaruh dari kondisi demikian terhadap laporan auditor.
MENILAI KEMAMPUAN UNTUK MEMENUHI  STANDAR UMUM AUDITING
Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3 tahap
1.      Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit: standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan penugasan audit. Standar tersebut menegasskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan , ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar tersebut. Ada dua langkah yang  dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:1) mengindentifikasi tim audit yang diperlukan 2)mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis
2.      pengevaluasian independensi: standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam melaksanakan audit . Standar  tersebut  mengharuskan auditor besikap independent,artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
3.      Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama: standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam  pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

MENYIAPKAN SURAT PENUGASAN AUDIT
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan :
1.      penerimaan auditor atas penunjukan oleh klien
2.      tujuan dan lingkup audit
3.      luas tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya  dan tanggung jawab menejemen atas informasi keuangan
4.      kesepakatan mengenai reproduksi laporan keuangan auditan
5.      kesepakatan mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan auditor untuk menyampaikan hasil penugasan.
6.      fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak beresan meterial tidak akan terdeteksi.
7.      kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya
8.      akses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya dengan audit.
9.      kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit
CARA DASAR PENENTUAN FEE AUDIT
Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan.ada beberapa cara dalam penentuan fee audit diantaranya:
1.      Per diem basis: pada cara ini fee audit ditentukan denga dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor.
2.      Flat atau kontrak basis: pada cara  ini fee audit dihitung  sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan
3.      maksimum fee audit: cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali tentukan tarif per jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum.


FAKTOR-FAKTOR PENENTU BESARNYA FEE AUDIT
1.      karakteristik keuangan , seperti tingkat penghasilan, laba,aktiva, modal dan lain-lain
2.      lingkungan seperti,persaingan, pasar tenaga profesional,dan lain-lain
3.      karakteristik operasi seperti jenis industri jumlah lokasi preusan,jumlah lini produk dan lain-lain.
4.      kegiatan eksternal auditor seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal auditor dan lain-lain.
PERENCANAAN AUDIT
Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai intergritas manajemen, kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan audit. Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :
1.      ukuran dan kompleksitas perusahaan klien
2.      pengalaman auditor dengan klien
3.      pengetahuan dan kemampuan auditor beserta  seluruh stafnya
dalam perencanaan audit terdapat 6 langkah yang dilakukan dalam perencanaan audit:
1.      menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri klien
2.      melakukan prosedur analitis
3.      melakukan penilaian awal terhadap meterialitas
4.      menilai risiko audit
5.      mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi yang signifikan
6.      menghimpun  pemahaman struktur pengendalian intern klien
MENGHIMPUN PEMAHAMAN BISNIS KLIEN DAN INDUSTRI KLIEN
Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang mungkin timbul dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang direncanakan. Hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah sebagai berikut:
1.      jenis bisnis dan produk klien
2.      lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan pemasaran
3.      jenis dan karakteristik industri
4.      eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan klien misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company
5.      regulasi pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien
6.      karakteristik laoran yang harus diberikan kepada badan regulasi.
Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
1.      penelaahan kertas kerja tahun lalu
2.      penelaahan data industri dan data bisnis
3.      peninjauan terhadap operasi klien
4.      pengajuan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit
5.      pengajuan pertanyaan pada manajemen
6.      penentuan keberadaan hubungan ekonomis dengan perusahaan lain dalam satu kelompok usaha
MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS
Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
Penggunaan prosedur analitis dalam tahapan perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapan-tahapan sistematis sebagai berikut :
1.      mengidetifikasi perhitungan / perbandingan yang akan dibuat
Prosedur analisis yang digunakan dalam perencanaan bisa berbeda-beda tergantung pada besarnya kompleksitas perusahaan klien, ketersediaan data, dan pertimbangan auditor. Jenis perhitungan-perhitungan dan perbandingan yang umum digunakan meliputi :
-          perbandingan data absolut
-          analisis vertikal
-          analisa rasio
-          analisis trend
2.      mengembangkan ekspektasi atau harapan
Dalam mengembangkan ekspektasi ini selain digunakan data keuangan, juga digunakan data non-keuangan. Beriut adalah beberapa conoh :
-          informasi keuangan klien periode-periode yang lalu dengan mempertimbangkan perubahan yang diketahui
-          hasil antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan
-          hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu periode
-          data industri
-          hubungan antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan yang relevan
3.      melakukan perhitungan / perbandingan
Tahap ini menyangkut pengupulan data yang akan digunakan untuk menghitung jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah tahun ini dengan jumlah tahun yang lalu, menghitung data common-size , dan rasio-rasio, dan sebagainya
4.      analisis data dan identifikasi perbedaan signifikan
Bagian penting dari analisis adalah identifikasi fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan atau tidaka ada fluktuasi yang diharapkan yang bisa memberi petunjuk meningkatnya risiko tersajinya salah saji. Elemen yang paling kritis dalam proses ini adalah memutuskan besarnya selisih atau fluktuasi yang akan diselidiki lebih lanjut.
5.      menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan
Selisih tak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut peninjauan kembali metoda dan faktor-faktor yang digunakan dalam mengemangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen.
6.      menentukan pengaruh atas perencanaan audit
Selisih signifikan yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus dipandang sebagai indikasi kenaikan risiko salah saji dalam rekeningatau rekening-rekening yang tercakup dalam perhitungan atau perbandingan. Dalam keadaan demikian, auditor biasanya akan melakukan pengujian yang lebih mendalam atas rekening tersebut. Dengan mengarahkan perhatian auditor pada tempat-tempat yang memiliki risiko besar, prosedur analisis bisa memberikan kontribusi yang besar pada pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.
Penilaian awal terhadap materialitas
Auditor membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan audit. Pertimbangan ini sering disebut dengan materialitas yang direncanakan, pada akhirnya mungkin bisa menjadi berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan dalam pengambilan keputusan audit ketika auditor mengevaluasi hasil temuan, karena (1) keadaan-keadaan yang melingkupi mungkin berubah (2) tambahan informasi tentang klien yang diperoleh selama audit berlangsung. Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialitas pada dua tingkat, yaitu :
-          Tingkat laporan keuangan (karena pendapat auditor mengenai kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan )
-          Tingkat saldo rekening ( karena auditor melakukan verifikasi atas saldo-saldo rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran laporan keuangan .
RISIKO AUDIT
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak dimodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Komponen-komponen risiko audit
  • Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan trasaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
  • Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha.
  • Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.


MENGEMBANGKAN STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN UNTUK ASERSI YANG SIGNIFIKAN
Terdapat dua alternatif strategi audit yaitu:
Primarily Substantive Approach
Strategi ini biasa digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada auidit atas klien lama. Strategi ini lebih mengutamakan pengujian substantif dari pada pengujian pengendalian. Auditor relatif lebih sedikit melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien.

Lower Assessed of Control Risk Approach.
Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama, dimana yang lebih diutamakn dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian daripada pengujian substantif. Tetapi auditor dalam hal ini auditor  bukan berarti tidak melakukan pengujian substantif tapi tidak se-ektensif pada pendekatan yang pertama. Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. Strategi ini sering digunakan dalam auidit klien lama.

MENGHIMPUN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN  INTERN KLIEN
Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan. Oleh karena itu, auditor harus melaksanaan prosedur audit yang antara lain meliputi prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern.


Pemahaman struktur pengendalian intern digunakan untuk,
a.       Mengidentifikasi tipe salah saji potensial,
b.      Mempertimbangkan faktor yang mempengruhi risiko salah saji material,
c.       Merancang pengujian substantif.
Unsur-unsur yang terkandung dalam sistem pengendalian intern,
a.       Lingkungan pengendalian,
b.      Sistem akuntansi,
c.       Prosedur pengendalian.
Tujuan pokok sistem pengendalian intern yang efektif,
a.       Menjaga kekayaan dan catatan organisasi,
b.      Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
c.       Mendorong efisiensi,
d.      Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Tujuan yang pertama dan kedua di penuhi dengan pengendalian akuntansi yang baik. Tujuan ketiga dan keempat dapat dipenuhi dengan pengendalian adminitstrasi yang baik.
Disamping keenam tahap perencanaan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan auditor pada tahap perncanaan, yaitu :
a.       Menyusun program audit,
b.      Menyusul jadwal kerja,
c.       Menentukan staf pelaksana audit.

MENYUSUN PROGRAM AUDIT
Program audit merupakan daftar prosedur audit yang akan dilaksanakan oleh pekerja lapangan atau penghimpun bukti. Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah pada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan demikian program audit berfungsi sebagai:
a.       Petujuk tenyang apa yang harus dilakukan, dan instruksi bagaimana harus dilakukan dan diselesaikan,
b.      Alat untuk melakukan koordinasi, pengawasan, dan pengendalian audit,
c.       Alat penilai kualitas kerja yang dilaksanakan


MENYUSUN JADWAL KERJA
Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan biasanya diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu:
1.      kerja interm: pada umumnya dilaksanakan antara 6 bulan sebelum tanggal neraca sampai dengan tanggal neraca
2.      kerja akhir tahun : yaitu pekerjaan audit yang dilaksanakan sejak tanggal neraca sampai dengan dua tiga bulan sesudahnya.

MENENTUKAN STAF UNTUK MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN
Dalam menentukan personil pemeriksa auditor harus menetapkan komposisi, misalnya:
1.      seorang partner yang bertanggung jawab secara keseluruhan atas pemeriksaan
2.      satu atau lebih manajer bertanggung jawab pada koordinasi dan supervisi pelaksanaan program audit
3.      satu atau lebih auditor senior yang bertanggung jawab pada bagian program audit dan pengawasan kerja asisten
4.      akuntan yunior atau asisten yang bertanggung jawab untuk melaksanakan prosedur  audit



PENGAWASAN ATAU SUPERVISI AUDIT
Perencanaan dan pengawasan audit mempunyai hubungan yang erat . perencanaan merupakan juga merupakan titik untuk melaksanakan pengawasan. Pengawasan yang baik dimulai sejak tahap perencanaan.  Menurut SA 310 supervisi atau pengawasan audit meliputi:
1.      memerintah asisten untuk mencapai tujuan prosedur audit yang dilaksanakan
2.      menjaga informasi mengenai masalah penting yang diperoleh dari pelaksanaan prosedur audit
3.      meneliti/mereview hasil kerja yang dilakukan
4.      menangani perbedaan pendapat antar anggota staf pemeriksa









4 comments:

  1. kita juga punya nih jurnal Manajemen Audit, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6210/1/18%20JURNAL.pdf
    semoga bermanfaat yaa :)

    ReplyDelete
  2. maksih bxk yah,, referensinya bermanfaat bgt,,

    ReplyDelete
  3. kalau boleh tau, ini sumber dari mana ya? buku apa ya kalau boleh tau. Terimakasih

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete