PENERIMAAN PENUGASAN
Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan
yang cukup ketat antar kantor akuntan publik untuk mendapatkan kllien. Bagi
suatu kantor akuntan publik, klien bias merupakan klien baru maupun klien lama
yang diharapkan akan melanjutkan memberikan penugasan audit pada tahun atau
tahun-tahun berikutnya. Pergantian
auditor bsa terjadi karena berbagai
alasan, yaitu :
1. Klien
merupakan hasil merger (penggabungan) anntara beberapa perusahaan yang semula
memiliki auditor masing-masing yang berbeda,
2. Ada
kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional,
3.
Tidak
puas terhadap kantor akuntan publik yang lama,
4.
Ingin
mencari auditor dengan honorarium yang lebih murah,
5.
Penggabungan
antara beberapa kantor akuntan publik.
Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk
melakukan audit laporan keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila
auditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan audit, maka auditor harus
memikul tanggung jawab professional terhadap masyarakat, klien, dan terhadap anggota
profesi akuntan publik yang lain. Kepentingan klien harus dilayani dengan
memperhatikan kompetensi dan profesionalitas. Ini berarti bahwa keputusan untuk
menerima penugasan dari klien baru atau
penugasan lanjutan dari klien lama bukanlah sesuatu yang bias dilakukan tanpa
pertimbangan yang matang.
Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima penugasan
juga betrhubungan langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan
seperti yang diminta oleh standar auditing serta kode etik akuntan. Di bawah
ini adalah langkah-langkah dalam penerimaan penugasan audit, yaitu :
1. Evaluasi
Integritas Manajemen
2.
Mengindentifikasi
Keadaan-Keadaan Khusus dan Risiko Tidak Biasa
3. Menetapkan
Kompetensi untuk Melakukan Audit
4. Evaluasi
Independensi
5. Menentukan
Kemampuan untuk Bekerja dengan Cermat dan Seksama
6. Menyiapkan
Surat Penugasan
EVALUASI ATAS
INTEGRITAS MANAJEMEN
Tujuan pokok suatu audit laporan keuangan adalah
untuk menyatakan suatu pendapat tentang laporan keuangan klien. Oleh karena itu
perlu diperhatikan bahwa auditor hanya akan menerima penugasan apabila terdapat
jaminan yang memadai bahwa manajemen klien bias dipercaya. Bagi klien baru,
auditor bisa memperoleh informasi tentang integritas manajemen dengan bertanya
pada auditor pendahulu, atau dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga
yang dipandang mengenal klien. Untuk klien yang sudah ada dan akan melanjutkan
pemberian penugasan audit, perlu dipertimbangkan pengalaman auditor dengan
manajemen klien pada audit yang lalu.
Komunikasi dengan
Auditor Pendahulu
Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain,
pengetahuan tentang manajemen klien yang dimiliki oleh auditor pendahulu
merupakan informasi penting bagi auditor pengganti. Sebelum menerima penugasan,
PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor
Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor
pengganti untuk berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan
maupun tertulis.
Dalam
berkomunikasi, auditor pengganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan
wajar mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas pengambilan keputusan
menerima atau penolak penugasan, seperti :
·
Integritas manajemen
·
Ketidaksepakatan dengan
manajemen mengenai prinsip akuntansi dan prosedur audit.
·
Pemahaman auditor
pendahulu mengenai alasan klien melakukan penggantian auditornya.
Mengajukan Pertanyaan
pada Pihak Ketiga
Informasi tentang integritas manajemen dapat juga
diperoleh dari orang-orang yang mengenal klien, seperti penasehat hukum klien,
banker dan pihak-pihak lain dalam lingkungan bisnis dan keuangan yang memiliki
hubungan bisnis dengan calon klien.
Mereview Pengalaman
Masa Lalu dengan Klien
Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan
penugasan dengan klien audit, auditor harus mempertimbangkan secara cermat
pengalaman berhubungan kerja dengan manajemen klien di waktu masa lalu. Sebagai
contoh, auditor harus mempertimbangkan semua kekeliruan dan ketidakberesan
material serta tindakan yang melawan hukum yang ditemukan dalam audit yang
lalu.
MENGINDENTIFIKASI
KEADAAN-KEADAAN KHUSUS DAN RISIKO TIDAK BIASA
Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
untuk menerima penugasan dalam tahap ini,antara lain mengidentifikasi pemakai
laporan keuangan yang telah diaudit, melakukan penilaian awal tentang klien
dari segi hukum dan kestabilan keuangannya, serta mengevaluasi kemungkinan bias
atau tidaknya audit dilaksanakan.
Mengidentfikasi
Pemakai Laporan Keuangan Auditan
Tanggung jawab hukum auditor bias berbeda-beda tergantung
pada siapa yang diperkirakan akan menjadi pemakai laporan keuangan auditan. Oleh
karena itu auditor harus mempertimbangkan apakah klien merupakan perusahaan publik
atau perusahaan privat. Auditor harus mempertimbangkan apakah laporan audit
yang biasa akan cukup untuk memenuhi kebutuhan semua pemakaian laporan atau
apakah perlu dibuat laporan khusus.
Memperkirakan
Adanya Persoalan Hukum dan Stabilitas Keuangan Klien
Apabila perusahaan klien pernah mengalami kesulitan
karena adanya gugatan hukum, dan apabila penggugat bisa menemukan alasan bahwa
ia dirugikan karena keputusan yang diambilnya didasarkan pada laporan keuangan,
maka situasi demikian sangatn mungkin akan melibatkan auditor. Bila hal seperti
itu terjadi, maka auditor terancam untuk membayar denda atas putusan
pengadilan, dan harus mengeluarkan biaya untuk membela diri, betapapun
profesionalnya si auditor dalam menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu,
auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi dan menolak calon klien yang
memiliki risiko tinggi terkena gugatan hukum.
Mengevaluasi
Auditabilitas Perusahaan Klien
Sebelum memutuskan untuk menerima suatu penugasan,
auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kondisi-kondisi lain yang
menimbulkan pertanyaan mengenai auditabilitas klien. Kondisi–kondisi tersebut
antara lain misalnya perusahan tidak memiliki catatan akuntansi atau catatan
akutansinya buruk sekali, perusahaan tidak memiliki struktur pengendalian
intern yang memadai, atau kemungkinan adanya pembatasan dari klien atas audit
yang akan dilakukan. Bila auditor berhadapan dengan situasi demikian, maka
sebaiknya ia menolak untuk menerima penugasan, atau klien harus diberi
pengertian mengenai kemungkinan adanya pengaruh dari kondisi demikian terhadap
laporan auditor.
MENILAI
KEMAMPUAN UNTUK MEMENUHI STANDAR UMUM
AUDITING
Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3
tahap
1.
Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit: standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor
dalam melaksanakan penugasan audit. Standar tersebut menegasskan bahwa
betapapun kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain termasuk dalam bidang
bisnis dan keuangan , ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam
standar tersebut. Ada dua langkah yang
dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:1)
mengindentifikasi tim audit yang diperlukan 2)mempertimbangkan perlunya
konsultasi dan tenaga spesialis
2.
pengevaluasian independensi: standar umum kedua menuntut sikap mental independent
auditor dalam melaksanakan audit . Standar tersebut mengharuskan auditor besikap
independent,artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum.
3.
Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan
seksama: standar umum
ketiga menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
MENYIAPKAN SURAT PENUGASAN AUDIT
1. penerimaan
auditor atas penunjukan oleh klien
2. tujuan
dan lingkup audit
3. luas
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya dan tanggung jawab menejemen atas informasi
keuangan
4.
kesepakatan
mengenai reproduksi laporan keuangan auditan
5.
kesepakatan
mengenai bentuk laporan yang akan diterbitkan auditor untuk menyampaikan hasil penugasan.
6.
fakta
bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan ketidak beresan
meterial tidak akan terdeteksi.
7.
kesanggupan
auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam
struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya
8.
akses
ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam
kaitannya dengan audit.
9.
kesepakatan
mengenai dasar penentuan fee audit
CARA
DASAR PENENTUAN FEE AUDIT
Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di
dalam penerimaan penugasan.ada beberapa cara dalam penentuan fee audit
diantaranya:
1.
Per
diem basis: pada cara ini fee audit ditentukan denga dasar waktu yang digunakan
oleh tim auditor.
2.
Flat
atau kontrak basis: pada cara ini fee
audit dihitung sekaligus secara borongan
tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan
3.
maksimum
fee audit: cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali
tentukan tarif per jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi
dengan batasan maksimum.
FAKTOR-FAKTOR
PENENTU BESARNYA FEE AUDIT
1.
karakteristik
keuangan , seperti tingkat penghasilan, laba,aktiva, modal dan lain-lain
2.
lingkungan
seperti,persaingan, pasar tenaga profesional,dan lain-lain
3.
karakteristik
operasi seperti jenis industri jumlah lokasi preusan,jumlah lini produk dan
lain-lain.
4.
kegiatan
eksternal auditor seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal
auditor dan lain-lain.
PERENCANAAN
AUDIT
Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital
dalam audit. Kesuksesan audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara
matang. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk
merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit sangat dipengaruhi oleh
informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit. Auditor
perlu mempertimbangkan informasi mengenai intergritas manajemen, kekeliruan dan
ketidak beresan dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan audit. Luas dan
kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :
1.
ukuran
dan kompleksitas perusahaan klien
2.
pengalaman
auditor dengan klien
3.
pengetahuan
dan kemampuan auditor beserta seluruh
stafnya
dalam
perencanaan audit terdapat 6 langkah yang dilakukan dalam perencanaan audit:
1.
menghimpun
pemahaman bisnis klien dan industri klien
2.
melakukan
prosedur analitis
3.
melakukan
penilaian awal terhadap meterialitas
4.
menilai
risiko audit
5.
mengembangkan
strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi yang signifikan
6.
menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern klien
MENGHIMPUN
PEMAHAMAN BISNIS KLIEN DAN INDUSTRI KLIEN
Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien
dilakukan dengan tujuan untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan
auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan untuk merencanakan lingkup audit,
memperkirakan masalah-masalah yang mungkin timbul dan menentukan atau
memodifikasi prosedur audit yang direncanakan. Hal yang berkaitan dengan bisnis
dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah sebagai berikut:
1.
jenis
bisnis dan produk klien
2.
lokasi
dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan pemasaran
3.
jenis
dan karakteristik industri
4.
eksistensi
ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan klien misalnya
sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company
5.
regulasi
pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien
6.
karakteristik
laoran yang harus diberikan kepada badan regulasi.
Pemahaman
auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
1.
penelaahan
kertas kerja tahun lalu
2.
penelaahan
data industri dan data bisnis
3.
peninjauan
terhadap operasi klien
4.
pengajuan
pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit
5.
pengajuan
pertanyaan pada manajemen
6.
penentuan
keberadaan hubungan ekonomis dengan perusahaan lain dalam satu kelompok usaha
MELAKUKAN
PROSEDUR ANALITIS
Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Prosedur
analitis meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi
auditor.
Penggunaan prosedur analitis dalam tahapan
perencanaan audit yang efektif, meliputi tahapan-tahapan sistematis sebagai
berikut :
1.
mengidetifikasi perhitungan / perbandingan yang akan dibuat
Prosedur analisis yang digunakan dalam perencanaan bisa berbeda-beda
tergantung pada besarnya kompleksitas perusahaan klien, ketersediaan data, dan
pertimbangan auditor. Jenis
perhitungan-perhitungan dan perbandingan yang umum digunakan meliputi :
-
perbandingan
data absolut
-
analisis
vertikal
-
analisa
rasio
-
analisis
trend
2.
mengembangkan ekspektasi atau harapan
Dalam mengembangkan ekspektasi ini selain
digunakan data keuangan, juga digunakan data non-keuangan. Beriut adalah
beberapa conoh :
-
informasi
keuangan klien periode-periode yang lalu dengan mempertimbangkan perubahan yang
diketahui
-
hasil
antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan
-
hubungan
antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu periode
-
data
industri
-
hubungan
antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan yang relevan
3.
melakukan perhitungan / perbandingan
Tahap ini menyangkut pengupulan data yang
akan digunakan untuk menghitung jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase
antara jumlah tahun ini dengan jumlah tahun yang lalu, menghitung data
common-size , dan rasio-rasio, dan sebagainya
4.
analisis data dan identifikasi perbedaan
signifikan
Bagian penting dari analisis adalah
identifikasi fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan atau tidaka ada
fluktuasi yang diharapkan yang bisa memberi petunjuk meningkatnya risiko
tersajinya salah saji. Elemen yang paling kritis dalam proses ini adalah
memutuskan besarnya selisih atau fluktuasi yang akan diselidiki lebih lanjut.
5.
menyelidiki selisih tak diharapkan yang
signifikan
Selisih tak diharapkan harus diselidiki.
Hal ini biasanya menyangkut peninjauan kembali metoda dan faktor-faktor yang
digunakan dalam mengemangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada
manajemen.
6.
menentukan pengaruh atas perencanaan audit
Selisih signifikan yang tidak dapat
dijelaskan alasan terjadinya, harus dipandang sebagai indikasi kenaikan risiko
salah saji dalam rekeningatau rekening-rekening yang tercakup dalam perhitungan
atau perbandingan. Dalam keadaan demikian, auditor biasanya akan melakukan
pengujian yang lebih mendalam atas rekening tersebut. Dengan mengarahkan
perhatian auditor pada tempat-tempat yang memiliki risiko besar, prosedur
analisis bisa memberikan kontribusi yang besar pada pelaksanaan audit yang
lebih efektif dan efisien.
Penilaian
awal terhadap materialitas
Auditor membuat pertimbangan awal tentang tingkat
materialitas dalam perencanaan audit. Pertimbangan ini sering disebut dengan
materialitas yang direncanakan, pada akhirnya mungkin bisa menjadi berbeda
dengan tingkat materialitas yang digunakan dalam pengambilan keputusan audit
ketika auditor mengevaluasi hasil temuan, karena (1) keadaan-keadaan yang
melingkupi mungkin berubah (2) tambahan informasi tentang klien yang diperoleh
selama audit berlangsung. Dalam
merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialitas pada dua
tingkat, yaitu :
-
Tingkat
laporan keuangan (karena pendapat auditor mengenai kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan )
-
Tingkat
saldo rekening ( karena auditor melakukan verifikasi atas saldo-saldo rekening
untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran laporan
keuangan .
RISIKO
AUDIT
Risiko audit adalah risiko
yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak dimodifikasikan pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.
Komponen-komponen risiko audit
- Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah
kerentanan suatu saldo rekening atau golongan trasaksi terhadap suatu salah
saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait.
- Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah
risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi
tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern satuan usaha.
- Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko
bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam
suatu asersi.
MENGEMBANGKAN
STRATEGI AUDIT PENDAHULUAN UNTUK ASERSI YANG SIGNIFIKAN
Terdapat dua alternatif strategi audit yaitu:
Primarily Substantive Approach
Strategi ini biasa digunakan dalam audit klien yang
pertama kali daripada auidit atas klien lama. Strategi ini lebih mengutamakan
pengujian substantif dari pada pengujian pengendalian. Auditor relatif lebih
sedikit melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur
pengendalian intern klien.
Lower Assessed of Control Risk Approach.
Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama,
dimana yang lebih diutamakn dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian
daripada pengujian substantif. Tetapi auditor dalam hal ini auditor bukan berarti tidak melakukan pengujian
substantif tapi tidak se-ektensif pada pendekatan yang pertama. Auditor lebih
banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur
pengendalian intern klien. Strategi ini sering digunakan dalam auidit klien
lama.
MENGHIMPUN PEMAHAMAN
STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN KLIEN
Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan
bahwa pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
dilakukan. Oleh karena itu, auditor harus melaksanaan prosedur audit yang
antara lain meliputi prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian
intern.
Pemahaman struktur pengendalian intern digunakan untuk,
a.
Mengidentifikasi
tipe salah saji potensial,
b. Mempertimbangkan
faktor yang mempengruhi risiko salah saji material,
c. Merancang
pengujian substantif.
Unsur-unsur
yang terkandung dalam sistem pengendalian intern,
a. Lingkungan
pengendalian,
b. Sistem
akuntansi,
c. Prosedur
pengendalian.
Tujuan
pokok sistem pengendalian intern yang efektif,
a. Menjaga
kekayaan dan catatan organisasi,
b. Mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi,
c. Mendorong
efisiensi,
d. Mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen.
Tujuan yang pertama dan kedua di penuhi dengan
pengendalian akuntansi yang baik. Tujuan ketiga dan keempat dapat dipenuhi
dengan pengendalian adminitstrasi yang baik.
Disamping keenam tahap perencanaan tersebut, ada beberapa
hal yang dapat dilakukan auditor pada tahap perncanaan, yaitu :
a. Menyusun
program audit,
b. Menyusul
jadwal kerja,
c. Menentukan
staf pelaksana audit.
MENYUSUN
PROGRAM AUDIT
Program audit merupakan
daftar prosedur audit yang akan dilaksanakan oleh pekerja lapangan atau
penghimpun bukti. Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah pada
asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan
demikian program audit berfungsi sebagai:
a. Petujuk
tenyang apa yang harus dilakukan, dan instruksi bagaimana harus dilakukan dan
diselesaikan,
b. Alat
untuk melakukan koordinasi, pengawasan, dan pengendalian audit,
c.
Alat
penilai kualitas kerja yang dilaksanakan
MENYUSUN JADWAL KERJA
Waktu
pelaksanaan pekerjaan lapangan biasanya diklasifikasikan dalam dua kategori
yaitu:
1. kerja interm: pada umumnya dilaksanakan antara 6 bulan
sebelum tanggal neraca sampai dengan tanggal neraca
2. kerja akhir tahun : yaitu pekerjaan audit yang
dilaksanakan sejak tanggal neraca sampai dengan dua tiga bulan sesudahnya.
MENENTUKAN STAF UNTUK MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN
Dalam
menentukan personil pemeriksa auditor harus menetapkan komposisi, misalnya:
1. seorang partner yang bertanggung jawab secara keseluruhan
atas pemeriksaan
2. satu atau lebih manajer bertanggung jawab pada koordinasi
dan supervisi pelaksanaan program audit
3. satu atau lebih auditor senior yang bertanggung jawab
pada bagian program audit dan pengawasan kerja asisten
4. akuntan yunior atau asisten yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan prosedur audit
PENGAWASAN ATAU SUPERVISI AUDIT
Perencanaan
dan pengawasan audit mempunyai hubungan yang erat . perencanaan merupakan juga
merupakan titik untuk melaksanakan pengawasan. Pengawasan yang baik dimulai
sejak tahap perencanaan. Menurut SA 310
supervisi atau pengawasan audit meliputi:
1. memerintah asisten untuk mencapai tujuan prosedur audit
yang dilaksanakan
2. menjaga informasi mengenai masalah penting yang diperoleh
dari pelaksanaan prosedur audit
3. meneliti/mereview hasil kerja yang dilakukan
4. menangani perbedaan pendapat antar anggota staf pemeriksa
kita juga punya nih jurnal Manajemen Audit, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6210/1/18%20JURNAL.pdf
ReplyDeletesemoga bermanfaat yaa :)
maksih bxk yah,, referensinya bermanfaat bgt,,
ReplyDeletekalau boleh tau, ini sumber dari mana ya? buku apa ya kalau boleh tau. Terimakasih
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete