my blog

http://dedysuarjaya.blogspot.com // follow @suarjayadedy

September 17, 2010

PENGGABUNGAN USAHA MELALUI AKUISISI SAHAM

Konsep akuntansi penggabungan usaha yang terdapat pada  PSAK No.22  secara jelas meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan menjadi perusahaan anak dari suatu perusahaan induk. Suatu perusahaan menjadi perusahaan anak ketika perusahan lain (disebut sebagai perusahaan induk ) memperoleh pengendali kepemilikan atas saham berhak suara yang beredar. Biasanya, pengendalian kepemilikan pada perusahaan lain diperoleh secara langsung dengan memperoleh hak mayoritas  (lebih dari 50 persen)atas saham berhak suara,tetapi ada pula pengecualiannya. Pengecualian ini biasanya terjadi karena adanya kepemilikan saham secara tidak langsung.
Penggabungan usaha terjadi ketika satu perusahaan memperoleh lebih dari 50 persen saham berhak suara perusahaan lain,tetap sekali hubungan induk anak terbnentuk,pembelian tambahan saham perusahaan anak bukanlah suatu penggabungan usaha. Dengan kata lain entitas-entitas terpisah hanya dapat bergabung satu kali. Peningkatan pengendalian adalah sesederhana penambahan investasi.
Entitas Pelaporan
Penggabungan usaha membawa dua perusahaan yang sebelumnya terpisah kepada pengendalian dengan tim manajemen tunggal (pejabat dan direktur perusahaan induk). Meskipun kedua perusahaan tetap beroprasi sebagai entitas hukum yang terpisah, pembelian tersebut menciptakan entitas pelaporan baru yang meliputi semua operasi yang dikendalikan oleh manajemen perusahaan induk.
Ketika investasi pada saham berhak suara menimbulkan hubungan induk anak,entitas pembeli (perusahaan induk) dan entitas yang diperoleh (perusahaan anak)tetap berfungsi sebagai entitas yang terpisah dan mempertahankan catatan-catatan akuntansinya pada basis hukum yang terpisah. Laporan keuangan untuk entitas gabungan disusun dengan mengkonversikan laporan keuangan perusahan induk dan perusahaan anak menjadi laporan keuangan konsolidasi yang merefleksikan posisi keuangan dan hasil operasi entitas gabungan. Entitas pelaporan yang baru bertanggung jawab terhadap pelaporan  kepada pemegang saham  dan kreditur perusahaan induk dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Hubungan Induk Anak
Suatu perusahaan yang memiliki lebih dari 50 persen saham berhak suara perusahaan lain dapat mengendalikan perusahaan tersebut melalui kepemilikan sahamnya, dan hubungan yang terjadi antara kedua perusahaan tersebut adalah hubungan induk anak. Pada saat hubungan induk anak terjadi perusahaan – perusahaan tersebut saling berafiliasi. 
Kebijakan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi menyediakan berbagai informasi yang tidak terdapat dalam laporan keuangan terpisah perusahaan induk, dan laporan konsolidasi biasanya diwajibkan untuk menyajikan yang wajar posisi keuangan dan hasil operasi  dari suatu kelompok perusahaan-perusahan berafiliasi. Kondissi yang lazim untuk konsolidasi adalah kepemilikan lebih dari 50 persen  saham berhak suara perusahaan lain. Berdasarkan PSAK No. 4 laporan keuangan konsolidasi paragraph 06 perusahaan anak tidak dikonsolidasi jika. 
1.   Pengendalian dimaksudkan untuk sementara karena dalam perusahaan anak dibeli dengan tujuan untuk dijual  dimaksudkan untuk sementara , karena saham perusahaan anak dibeli dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam jangka pendek.
2.   Perusahaan anak dibatasi oleh suatu retriksi jangka panjang sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam menstransfer dana kepada perusahaan induk. Perusahaan anak yang tidak dikonsolidasi tersebut harus dipertanggug jawabkan oleh perusahaan induk sebagai mana perusahaan anak lainnya sesuai dengan PSAK No.13.
Pengungkapan Kebijakan-Kebijakan Konsolidasi
Penjelasan kebijakan-kebijakan akuntansi yang signifikan diperlukan dalam pelaporan keuangan berdasarkan PSAK No.1 pengungkapan kebijkan akuntansi  dan secara tradisional, pengungkapan kebijakan konsolidasi adalah satu dia antara pengungkapan kebijakan yang paling sering. Karena PSAK No.4 menghilangkan kebijakan konsolidasi alternative yang dapat diterima, pengungkapan kebijakan konsolidasi berdasarkan PSAK No.1 hanya diperlukan untuk melaporkan pengecualian (seperti pengendalian sementara atau tidak ada pengendalian) terhadap keharusan PSAK No. 4 untuk konsolidasi perusahaan – perusahaan anak yang dimiiki secara mayoritas. Bahkan pengungkapan kebijakan konsolidasi dalam laporan tahunan cenderung tidak berkurang secara signifikan karena Bapepam mengharuskan perusahaan publik melaporkan kebijakan konsolidasi.

Perusahaan induk dan perusahaan anak dengan periode fiskal yang berbeda.
PSAK No. 4 “laporan keuangan konsolidasi” paragraph 09 dan 10 menyatakan bahwa:
Laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi lazimmnya adalah laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama. Apabila ternyata tanggal pelaporannya berbeda perusahan anak biasanya menyusun laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama dengan perusahaan induk. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidaka dapat dilakukan ,laporan keuangan dengan  tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat juga digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang perbedaan tanggal laporan keuangan tersebut tikad melebihi dari 3 (tiga ) bulan. Sesuai dengan asas konsistensi , baik jangka waktu periode laporan maupun perbedaan dalam tanggal pelaporan harus selalu sama dari waktu ke waktu.
Apabila laporan keuangan atau tanggal pelaporan yang berbeda digunakan untuk tujuan konsolidasi  maka penyesuaian yang diperlukan  harus  dilakukan untuk pengaruh yang material dari setiap peristiwa atau transaksi –transaksi antar perusahaan  yang terjadi antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dengan tanggal pelaporan keuangan konsolidasi.

NERACA KONSOLIDASI PADA TANGGAL AKUISISI
Induk Memperoleh 100 Perssen Perusahaan Anak Pada Nilai Buku
Ilustrasi perbedaan antara neraca perusahaan terpisah dan neraca konsolidasi dapat di lihat sebagai berikut. PT Primer memperoleh 100% PT Sekunder pada saat nilai buku dan nilai buku dan nilai wajar sabesar Rp40.000.000 dalam suatu penggabunga usaha sacara pembelian pada tanggal 1 Januari 19X1. Neraca-naraca yang tampakdi sajikan sesaat setelah investasi. “PT Primer pada PT Sekunder” tampak pada neraca terpisah pada PT Primer, tetapi tidak terdapat pada neraca konsolidasi PT Primer dan perusahaan anak. Ketika neraca (PT Primer dan PT Sekunder) di konsolidasi, akun investasi pada PT Sekunder (buku PT Primer) dan akun ekuitas pemegang saham (Buku PT Sekunder) di eliminasi karena akun tersebut resiprokal dan keduanya mewakili aktiva bersiih PT Sekunder pada tanggal 1 Januari 19X1. Akun-akun PT Primer dan PT Sekunder yang tidak resiprokal dimasukkan kedalam neraca konsolodasi PT Primer dan perusahaan anak.
Dalam (000)
                                                Neraca Terpisah                             Neraca Konsolidasi
                                     PT Sekunder                 PT Primer          PT Primer&PrshSekunder
Aktiva
Aktiva Lancar
  Kas                                       Rp 20.00                        Rp 10.00                                 Rp 30.000
Aktiva lancar lainnya                 45.000                           15.000                                    60.000
Total Aktiva Lancar                  65.000                           25.000                                    90.000
Aktiva Tetap                               75.000                           45.000                                  120.000
(-) Akumulasi penyusutan          (15.000)                          (5.000)                                  (20.000)
Total Aktiva Tetap                    60.000                           40.000                                  100.000
Investasi pada
PT sekuder (100%)                  40.000                                    -                                              -
Total Aktiva                        Rp 165.000                     Rp 65.000                               Rp 190.000



Kewajiban dan Ekuitas
Kewajiban lancar
Hutang Usaha                      Rp 20.000                     Rp 15.000                               Rp 35.000
Kewajiban lancar
Lainnya                                  25.000                           10.000                                    35.000
Total kewajiban
Lancar                                   45.000                           25.000                                    70.000
Ekuitas
Modal saham                          100.000                           30.000                                  100.000
Laba di tahan                            20.000                           10.000                                    20.000
Total Ekuitas                           120.000                           40.000                                  120.000
Total kewajiban
Ekuitas                            Rp165.000                     Rp 63.000                               Rp 190.000

 
Induk Memperoleh 100 Perssen Perusahaan Anak Dengan Goodwil
Jika pada ilustrasi di atas PT Primer membeli semua saham PT Sekunder dengan harga Rp50.000.000, maka akan ada kelebihan investasiterhadap nilai buku yang di peroleh sebesar Rp10.000.000. dalam hal bahwa ketiadaan bukti menjadi aktiva bersih yang dapat di idaentifikasi terlalu rendah, maka aktiva ini (Rp10.000.000) dapat di asumsikan sebagai goodwill. Maka ayat jurnal yang dapat di pakai adalah sebagai berikut:
            Modal saham                Rp 30.000.000
Laba ditahan                      10.000.000
Goodwill                            10.000.000
Investasi pada PT Sekunder                  Rp 50.000.000

PT PRIMER DAN PERUSAHAAN ANAK
KERTAS KERJA NERACA KONSOLIDASI
1 JANUARI 19X1 (000)


PT Sekunder
Persediaan dan Estimasi
Neraca
 
PT Primer
100%
Debet
Kredit
Konsolidasi
Aktiva





Kas
10.000
10.000


20.000
Aktiva lancar lainnya
45.000
15.000


60.000
Aktiva tetap
75.000
45.000


120.000
Akumulasi penyusutan
15.000
5.000


20.000
Investasi pada PT Sekunder
30.000


50.000

Goodwill


10.000


Total Aktiva
Rp165.000
Rp65.000


Rp190.000
Kewajiban dan Ekuitas





Hutang Usaha
20.000
15.000


35.000
Kewajiban Lancar lainnya
25.000
10.000


35.000
Modal saham-PT Primer
100.000



100.000
Laba ditahan-PT Primer
20.000



20.000
modal saham-PT Sekunder

30.000
30.000


Laba ditahan-PT Sekunder

10.000
10.000


Total Kewajiban & Ekuitas
Rp165.000
Rp65.000


Rp190.000

Perusahaan Induk Memperoleh 90% Perusahaan Anak Dengan Goodwill
Dalam kasus ini di asumsikan akuisisi semua saham beredar PT Sekunder, PT Primer memperoleh 90% saham PT Sekunder dengan harga Rp50.000.000. kelebihan biaya investasi terhadap nilai buku yang di peroleh adalah Rp140.000.000. Dan ada hak minoritsas pada PT Sekunder sebesar Rp4.000.000 (Rp40.000.000x10% hak minoritas). Ayat jurnal kertas kerja untuk mengkonsolidasi neraca PT Primer dan PT sekunder dan mengakui hak minoritas PT Sekunder pada tanggal akuisisi adalah:
Modal saham-PT Sekunder          Rp30.000.000
Laba ditahan-PT Sekunder                10.000.000
Goodwill                                           14.000.000
              Investasi                                               Rp50.000.000
              Hak minoritas                                              4.000.000

ALOKASI KELEBIHAN PADA AKTIVA BERSIH YANG DAPAT DIIDENTIFIKASI DAN GOODWILL
Asumsi yang mendasari penetapan kelebihan biaya invesyasi terhadap nilai buku adalah bahwa nilai buku dan nilai wajar dari aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi adalah sama. Jika ada bukti mengindikasikan bahwa nilai wajar melebihi nilai buku atau nilai buku melebihi nilai wajar, maka kelebihan itu harus dialokasikan.

Efek Alokasi pada Neraca Konsolidasi pada Saat Akuisisi
Pada akuisisi dalam lingkup hubungan induk anak, diferensial biaya/nilai buku tidak dicatat dalam buku perusahaan induk ataupun buku perusahaan anak. Oleh karena itu, jumlah yang muncul pada neraca konsolidasi perusahaan induk dan perusahaan anaknya dicatat melalui prosedur kertas kerja yang menyesuaikan nilai buku perusahaan anak untuk merefleksikan diferensial biaya/nilai buku untuk tujuan kertas kerja konsolidasi. Jumlah penyesuaian untuk setiap akun aktiva dan kewajiban ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsolidasi satu-baris.
Pada tanggal 31 Desember 20X1 PT Pangan membeli 90 persen saham biasa berhak suara yang beredar PT Sandang secara langsung dari pemegang saham PT Sandang seharga Rp 5.000.000.000 dengan tunai ditambah 100.000 lembar saham biasa PT Sandang dengan nilai nominal Rp 10.000 dan nilai pasar Rp 5.000.000.000. Biaya-biaya tambahan untuk penggabungan usaha terdiri dari biaya pencatatan dan penerbitan saham biasa sebesar Rp 100.000.000 dan biaya penggabungan usaha lainnya sebesar Rp 200.000.000. 10 persen Saham PT Sandang masih beredar dan dimiliki pemegang saham minoritas.
Pengalokasian diferensial biaya/nilai buku.
Penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk menggabungkan neraca perusahaan induk dan perusahaan anak ditentukan dengan menetapkan perbedaan antara biaya investasi dan nilai buku yang diperoleh, pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi dan lalu pada goodwill jika ada sisanya. Meskipun nilai buku aktiva dan kewajiban tidak digunakan dalam menentukan nilai wajar setiap aktiva dan kewajiban, nilai buku digunakan dalam proses menggabungkan neraca perusahaan induk dan perusahaan anak.
Prosedur kertas kerja untuk memasukan alokasi pada neraca konsolidasi.
Kertas kerja neraca konsolidasi menunjukan dua ayat jurnal kertas kerja untuk konsolidasi. Ayat jurnal dibuat dalam bentuk jurnal umum sebagai berikut:
Kelebihan yang belum diamortisasi                                4.890.000.000
Saham biasa, nominal Rp10.000 PT Sandang                4.000.000.000
Tambahan modal disetor PT Sandang                           1.000.000.000
Saldo laba PT Sandang                                                    900.000.000
               Investasi pada PT Sandang                                                          270.000.000
               Hak minoritas 10%                                                                   4.890.000.000
Ayat Jurnal kedua mengalokasikan kelebihan yang belum diamortisasi pada tiap aktiva dan kewajiban dan pada goodwill.
Persediaan                                                                          90.000.000
Tanah                                                                              180.000.000
Bangunan-bersih                                                              900.000.000
Goodwill 3.900.000.000
Wesel bayar                                                                       90.000.000
               Peralatan bersih                                                                           270.000.000
               Kelebihan yang belum diamortisasi                                            4.890.000.000

Efek Amortisasi pada Neraca Konsolidasi Setelah Akuisisi
Efek amortisasi kelebihan sebesar Rp 4.890.000.000 pada neraca konsolidasi tanggal 31 Desember 20X2 didasarkan pada asumsi mengenai operasi PT Pangan dan PT Sandang selama tahun 20X2 dan mengenai periode amortisasi yang relevan atas aktiva dan kewajiban dimana kelebihan tersebut dialokasikan. Asumsi- asumsi tersebut adalah:
Pendapatan tahun 20X2
         Laba Bersih PT Sandang                                                                   800.000.000
         Pendapatan PT Pangan termasuk pendapatan
         dari PT Sandang                                                                             2.523.500.000
Deviden yang dibayar tahun 20X2
         PT Sandang                                                                                       300.000.000
         PT Pangan                                                                                      1.500.000.000
Amortisasi kelebihan
         Persediaan yang dinilai terlalu rendah dijual dalam tahun 20X2
         Tanah yang dinilai terlalu rendah masih dimiliki oleh PT Sandang; tidak ada
         amortisasi
         Bangunan yang dinilai terlalu rendah masa manfaat 45 tahun sejak 1 Januari 20X2
         Peralatan yang dinilai terlalu tinggi masa manfaat 5 tahun sejak 1 Januari 20X2
         Wesel bayar yang dinili terlalu tinggi ditarik taun 20X2
         Goodwill diamortisasi selama 20 tahun
Laporan Laba Rugi Konsolidasi
Perbedaan antara laporan laba rugi konsolidasi dan laporan laba rugi bukan konsolidasi perusahaan induk disajikan secara rinci bukan hanya jumlah laba bersihnya. Jika perusahaan induk menjual barang dagangan kepada perusahaan anaknya, atau sebaliknya, akan ada pembelian dan penjualan antar perusahaan pada buku terpisah perusahaan induk dan perusahaan anaknya. Saldo pembelian dan penjualan antar perusahaan adalah saldo resiprokal yang harus dieliminasi dalam menyiapkan laporan laba rugi konsolidasi karena saldo-saldo tersebut tidak mewakili pembelian dan penjualan pada pihak-pihak diluar entitas terkonsolidasi. Penyesuaian-penyesuaian atas penjualan dan pembelian antar perusahaan mengurangi pendapatan dan beban dengan jumlah yang sama besar dan karenanya tidak mempengaruhi laba bersih konsolidasi. Jumlah pendapatan dan beban sewa yang resiprokal juga dieliminasi tanpa mempengaruhi laba bersih konsolidasi.
Berbagai penyesuaian dan eliminasi lainnya muncul dalam menyiapkan laporan laba rugi konsolidasi dimana tujuannya adalah untuk menunjukan pendapatan bagi persahaan induk dan perusahaan anaknya seolah-olah hanya ada satu entitas hukum dan akuntansi.


AKUNTANSI PUSH-DOWN
Makalah AICPA “push-down accounting”,menjelaskan bahwa akuntansipush-down sebagai basis akuntansi dan pelaporan baru untuk setiap entitas dengan laporan keuangannya yang terpisah, yang berdasarkan pada transaksi pembelian saham berhak suara,dan yang nenghasilkan perubahan kepemilikan saham berhak suara yang beredar. Ketika akuntansi push-down tidak digunakan dalam akuisisi, alokasi harga pembelian pada aktiva bersih berwujud dan goodwill diselesaikan dalam kertas kerja konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi menggambarkan alokasi pembelian. Apabila perusahaan anak mencatat alokasi dalam lapopran keuangannya dengan akuntansi push-down,maka dengan demikian proses konsolidasi telah disederhanakan. Akuntansi push-down menjadi kontroversional dalam hal laporan perusahaan anak terpisah dikeluarkan untuk kepentingan minoritas, kreditor dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Kritik atas akuntansi push-down berpendapat bahwa pembelian antara perusahaan induk/ investor dengan pemegang saham perusahaan anak terdahulu tidak sesuai dengan basis akuntansi yang baru untuk aktova dan kewajiban perusahaan anak yang menggunakan prinsip harga perolehan. Perusahaan anak bukanlah bagian dari transaksi ia tidakmenerima dana baru dan tidak menjual aktiva. Pendapat ini disanggah dengan mengatakan bahwa harga yang dibayar oleh pemilik yang baru merupakan dasar yang paling relevan untuk mengukur aktiva, kewajiban dan hasil operasi anak. Akuntansi push-down tidak diterapkan secara konsisten di antara pendukung konsep tersebut,meskipun pada praktiknya aktiva perusahaan anak biasanya dinilai kembali secara proporsional.

ALOKASI HARGA BELI PADA TOTAL NILAI WAJAR PERUSAHAAN ANAK
Ada kecenderungan untuk mencatat aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi perusahaan anak pada nilai wajarnya pada saat penggabungan usaha selain goodwill, jika perusahaan induk memperoleh pengendalian melalui pembelian tunggal secara langsung. Goodwill yang dicatat hanya yang dibeli oleh perusahaan induk.
Misalnya PT Puri memperoleh 60% kepemilikan PT Ratna dengan harga Rp 210.000.000 ketika nilai buku dan nilai wajar aktiva dan kewajiban PT Ratna adalah sebagai berikut:
                                                                                   Nilai Buku                   Nilai Wajar
Aktiva
Kas                                                                     Rp    10.000.000       Rp   10.000.000
Piutang                                                                          60.000.000              60.000.000
Persediaan                                                                  120.000.000            150.000.000
Aktiva tetap bersih                                                      280.000.000            300.000.000
                                                                            Rp  470.000.000       Rp 520.000.000








Kewajiaban dan Ekuitas
Utang                                                                   Rp  230.000.000       Rp 230.000.000
Modal saham                                                              200.000.000              
Saldo laba                                                            Rp  470.000.000       Rp 470.000.000

Berdasarkan metode yang digunakan, nili wajar PT Ratna ditentukan dengan membagi harga beli dengan kepemilikan yang diperoleh, yaitu 60%. Sehingga nilai perusahaan tersebut adalah Rp 350.000.000 (Rp 210.000.000 : 0,6). Nilai wajar aktiva bersih yang dapat diidentifikasi adalah Rp 290.000.000 dan goodwill adalah Rp 60.000.000, tetapi goodwill yang benar-benar dibeli dan diakui hanya sebesar Rp 36.000.000 (Rp 60.000.000 x 60%) jumlah tersebut dimasukkan dalam neraca konsolidasi yang disiapkan sesaat setelah penggabungan usaha:

          Kas                                                                   Rp   10.000.000
Piutang                                                                       60.000.000
Persediaan                                                               150.000.000
Aktiva tetap bersih                                                   300.000.000
Goodwill                                                                    36.000.000
Total aktiva                                                       556.000.000
Utang                                                                       230.000.000
Aktiva bersih                                              Rp 326.000.000




Goodwill berdasarkan metode ini sama dengan goodwill yang dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum saat ini, yaitu biaya Rp 210.000.000 (nilai wajar Rp 290.000.000 x kepemilikan yang diperoleh 60%) = Rp 36.000.000; akan tetapi aktiva bersih yang dimasukkan dalam neraca konsolidasi lebih rendah Rp 20.000.000. Jumlah yang dimasukkan dalam neraca konsolidasi berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah:
Kas                                                                                                       Rp  10.000.000
Piutang                                                                                                         60.000.000
Persediaan                                                                                                 138.000.000
Aktiva tetap bersih                                                                                     292.000.000
Goodwill                                                                                                      36.000.000
Total aktiva                                                                                         536.000.000
Utang                                                                                                         230.000.000
Aktiva bersih                                                                                  Rp 306.000.000

1 comment: